Minggu, 20 Juni 2010

Mendeteksi Dinar Palsu

Beredarnya kembali dinar emas dan dirham perak merupakan salah satu tanda kebangkitan Islam, melalui jalur yang haq dengan hadirnya amirat-amirat. Perlu kita waspadai kemungkinan pemalsuan koin-koin tersebut.

Pemalsuan koin dinar emas dan dirham perak pada zaman dahulu lazimnya dilakukan oleh orang Yahudi dan orang Zindiq, untuk mengeruk keuntungan dengan cara bathil, yang oleh ulama Salaf disebut dinar-dirham magsyusah. Kini pemalsuan bisa dilakukan oleh siapa saja, yang berniat menipu dengan menggunakan teknologi terkini.

Dinar dirham yang beredar di Indonesia dan di penjuru dunia mengikuti standar WITO. Dinar adalah emas 91,7% dengan berat 4,25 gram dan diameter 23 mm, dan dirham adalah perak 99,9% dengan berat 2,975 gram dan diameter 25 mm. Koin dinar emas dan dirham perak yang diedarkan di Indonesia, dicetak dan dipesan oleh Islamic Mint yang saat ini otoritasnya berada di bawah Amirat Indonesia. Saat ini distribusinya dilaksanakan oleh Wakala Induk Nusantara (WIN), sesudah koin secara amanah ditimbang dan di uji kadar ulang di laboratorium di bawah pengawasan seorang Amir. Maka dinar emas dan dirham perak yang tidak diawasi secara syar'i diperlakukan sebagai barang perhiasan, atau disebut medal, dan boleh ditolak oleh muhtasib di pasar.


Untuk mengetahui keaslian koin kita dengan mudah kita dapat mendeteksinya melalui beberapa tahap sebagai berikut:

  1. Melihat relief koin dengan kaca pembesar, Luv 10x. Cetakan koin yang asli dibuat secara tempa (struck) sehingga hasilnya sangat jelas timbul. Sedangkan koin palsu dibuat pada umumnya dengan cara dicor (casted) maka hasil yang didapat kurang timbul, bahkan blobor. Pada koin palsu sering kali nampak lubang-lubang kecil bekas gelembung udara, yang disebabkan oleh pembakaran yang tidak sempurna. Kalaupun dibuat dengan meniru koin asli yang dipindai ulang, dan ditempa, jelas akan terlihat spektrum relief yang tinggi rendahnya berbeda dengan aslinya. Karena pada proses stamping digunakan matris yang tidak sah yang dibuat oleh si penipu. Hasil karya tiap coinage engraver berbeda-beda, dan mempunyai ciri khas seperti halnya pelukis di atas kanpas.

  2. Perhatikan mint mark atau tanda cetak pada koin dengan luv 10x. Sebab setiap stamping yang terlalu sering, matris menjadi cepat tumpul dan harus diganti agar menghasilkan koin yang berkualitas. Biasanya tiap regenerasi minting, mint master memberikan ciri-ciri khusus agar koin buatannya tidak mudah dipalsukan. Biasanya berupa inisial, gambar tersamar atau kode.

  3. Perhatikan gerigi tepi koin. Ada bermacam-macam gerigi tepi koin yaitu: bergerigi lurus (reeded edge), bergerigi miring (milled edge atau oblique edge), berbentuk tulisan (lettering), baik yang berbentuk tulisan timbul (raise lettering) maupun yang berbentuk tulisan dalam (intaglio lettering), atau berbentuk rantai (chain edge). Luv dapat anda beli di toko buku, toko numismatik, atau toko alat-alat emas.

  4. Mengukur diameter koin dengan sigmat atau lubang pengukur koin. Apabila mengukur dengan sigmat, maka harus dilakukan lebih hati-hati karena dapat merusak koin - tergores. Yang lebih aman dan praktis dengan lubang pengukur. Lubang pengukur koin dapat dibeli di toko numismatik.

  5. Menimbang dengan timbangan emas. Standar berat koin asli sangat berbeda dengan berat koin palsu. Sebagai contoh: koin perak zaman Belanda 1 gulden beratnya 10 gram, maka bila ditemukan berat yang menyimpang, misalnya 10,12 gram sudah jelas koin ini palsu. Atau bila ditemukan berat 9,85 gram juga bisa dianggap palsu, meskipun terjadi pada koin asli yang dikikis dengan sengaja. Karena dalam kondisi wajar, koin emas-perak dengan diameter 23-27 mm, yang berpindah tangan sampai 1000x tidak akan kehilangan beratnya. Bahkan bertambah berat dengan timbunan garam keringat yang menempel pada koin, tetapi bobotnya bertambah tidak melebihi 0,05 gram. Bila dicuci dengan pasta gigi atau larutan asam yang diperbolehkan, beratnya akan kembali normal. Kalaupun koin tergesek dengan koin lainnya di kantong yang berguncang, secara wajar sampai 120x akan kehilangan beratnya 0,01 gram, maka apabila koin telah kehilangan beratnya 0,08 gram dianggap sebagai koin lancung.

  6. Menguji berat jenis, yaitu dengan uji timbang kering dan timbang basah. Apabila anda tidak memiliki peralatannya cukup dibawa ke laboratorium di Wakala Induk Nusantara (WIN),atau ke tempat lain yang dapat dipercaya.
Sufyan al Jawi - Numismatik Indonesia

Seputar Dinar & Dirham


Dinar emas berdasarkan Hukum Syari’ah Islam adalah koin emas yang memiliki kadar 22 karat emas (917) dengan berat 4,25 gram, sedangkan Dirham perak Islam memiliki kadar perak murni dengan berat 3 gram, atau lebih tepatnya 2,975 gram.

Khalifah Umar ibn Khattab menentukan standar antar keduanya berdasarkan beratnya masing-masing: “7 dinar harus setara dengan 10 dirham.”

Wahyu menyatakan mengenai Dinar Dirham dan banyak sekali hukum hukum yang terkait dengannya seperti zakat, pernikahan, hudud dan lain sebagainya. Sehingga dalam Wahyu Dinar Dirham memiliki tingkat realita dan ukuran tertentu sebagai standar pernghitungan (untuk Zakat dan lain sebagainya) dimana sebuah keputusan dapat diukurkan kepadanya dibandingkan dengan alat tukar lainnya.

Ibnu Khaldun dalam al-Muqaddimah menyebutkan bahwa terdapat ijma sejak awal Islam dan masa para Sahabat dan Tabi’in bahwa sepuluh dirham syariah sepadan dengan tujuh mitsqal (berat dinar) emas. Berat satu mitsqal emas adalah tujuh puluh dua butir gandum, sehingga tujuh-persepuluhnya adalah lima puluh dua-perlima butir gandum. Semua ukuran ini dengan kokoh ditetapkan oleh ijma.

  • Apa saja kegunaan Dinar Islam? Dapat digunakan sebagai simpanan, investasi penjaga nilai
  • Dapat digunakan sebagai pembayar zakat dan mas kawin sebagaimana telah disyaratkan oleh Syari’ah Islam
  • Dapat digunakan untuk perniagaan sebagai alat tukar yang sah

Sejarah

Muslimin menggunakan emas dan perak berdasarkan beratnya dan Dinar Dirham yang digunakan merupakan cetakan dari bangsa Persia.

Koin awal yang digunakan oleh Muslimin merupakan duplikat dari Dirham perak Yezdigird III dari Sassania, yang dicetak dibawah otoritas Khalifah Utsman radhiyallahu anhu. Yang membedakan dengan koin aslinya adalah adanya tulisan Arab yang berlafazkan “Bismillah”. Sejak saat itu tulisan “Bismillah” dan bagian dari Al Qur’an menjadi suatu hal yang lazim ditemukan pada koin yang dicetak oleh Muslimin.

Standar dari koin yang ditentukan oleh Khalifah Umar ibn al-Khattab, berat dari 10 Dirham adalah sama dengan 7 Dinar (1 mithqal). Pada tahun 75 Hijriah (695 Masehi) Khalifah Abdalmalik memerintahkan Al-Hajjaj untuk mencetak Dirham untuk pertama kalinya, dan secara resmi beliau menggunakan standar yang ditentukan oleh Khalifah Umar ibn Khattab. Khalifah Abdalmalik memerintahkan bahwa pada tiap koin yang dicetak terdapat tulisan: “Allahu ahad, Allahush shamad”. Beliau juga memerintahkan penghentian cetakan dengan gambar wujud manusia dan binatang dari koin dan menggantinya dengan huruf-huruf.

Perintah ini diteruskan sepanjang sejarah Islam. Dinar dan Dirham biasanya berbentuk bundar, dan tulisan yang dicetak diatasnya memiliki tata letak yang melingkar. Lazimnya di satu sisi terdapat kalimat “tahlil” dan “tahmid”, yaitu, “La ilaha ill’Allah” dan “Alhamdulillah” sedangkan pada sisi lainnya terdapat nama Amir dan tanggal pencetakkan; dan pada masa masa selanjutnya menjadi suatu kelaziman juga untuk menuliskan shalawat kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, dan terkadang, ayat-ayat Qur’an.

Koin emas dan perak menjadi mata uang resmi hingga jatuhnya kekhalifahan. Sejak saat itu, lusinan mata uang dari beberapa negara dicetak di setiap negara era paska kolonialisme dimana negara-negara tersebut merupakan pecahan dari Dar al Islam.

Perlu diingat bahwa Hukum Syariah Islam tidak pernah mengizinkan penggunaan surat janji pembayaran menjadi alat tukar yang sah.

jenis jenis koin Dinar Emas dan Dirham Perak

Koin Dinar dicetak dan di distribusikan oleh beberapa pihak. Design koin dinar emas dan dirham perak berbeda beda sesuai pencetaknya. Beberapa jenis koin dinar yang sudah dicetak saat ini :

Dinar Dubai

Uni Emirat Arab mencetak koin Dinar dengan desain Masjid Nabawi di Madinah dan koin Dirham dengan desain Masjidil Haram di Mekkah

Dinar Wakala Induk Nusantara

Wakala Induk Nusantara mencetak dan mengedarkan koin Dinar Emas dan Dirham Perak dengan 2 seri, yaitu Seri Haji dan Seri Nusantara. Untuk desain Seri Haji mirip dengan Dinar yang dicetak di Dubai Uni Emirat Arab

Dinar Logam Mulia

PP Logam Mulia mencetak koin Dinar dan Dirham dengan desain Masjidil Haram di Mekkah

Dinar 24 Karat

PP Logam Mulia juga mencetak koin Dinar dengan kadar 24 karat dengan Desain hanya tulisan

Dirham European Moslem Union

Komunitas Muslim di Eropa mencetak dirham dengan desain gambar benua Eropa.

Sumber : Wikipedia